JANJI ALLAH
BELAJAR BERSAMA SRI WAHYUNINGSIH, SEMANGAT PAGI
Mari belajar dengan Metode pembelajaran SNOWBALL THROWING..................

Rabu, November 23, 2016
BELAJAR BERSAMA SRI WAHYUNINGSIH, SEMANGAT PAGI
Selasa, November 22, 2016
Keperawatan Maternitas
ASUHAN KEPERAWATAN
KALA I PADA IBU DENGAN
PERSALINAN NORMAL
I.
Pengertian :
Pesalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya
bayi pada letak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan
uri,tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam melalui jalan lahir.
II. Patofisiologis
:

Tanda-tanda permulaan
persalinan

Tanda-tanda inpartu

Proses persalinan
![]() |
|||
![]() |
Kala I Kala
II Kala III Kala IV
Fase Laten Fase
aktif Primi :1-2,5 jam
3 cm
7-8 jam
Penurunan Hormon
Tuanya placenta Penekanan kpl
janin Distensi rahim
Estrogen & progesteron
1-2 mgg prepartus
Penurunan estrogen Pergeseran
ganglion servikal Iskemia
otot rahim
& progesteron
Kekejangan pembuluh darah Gg.sirkulasi
Utero placenta
Nyeri ← His/Kontraksi rahim
↓
Gg.rasa nyaman
Partus
→ Kerja jantung ↑ → Respirasi
↑
↓
↓
Kelelahan lelah
↓
↓
Post Partum Co ↓ Pola napas tak efektif
↓
Nyeri perineum post Perdarahan Ketuban Keruh
Episiotomi ↓ ↓
Resiko gg keseimbangan
Cairan & elektrolit
Resiko
terjadi infeksi
III. Pemeriksaan
Diagnostik :
Pemerikaaan
darah lengkap :
·
Hb normal
= 11,4 – 15,1 gr/dl
·
Golangan darah = A,B,AB & O
·
Faktor RH =
+/-
·
Waktu pembekuan
Protein
Urine
Urine
reduksi
IV. Diagnosa
keperawatan :
1.
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan
kelelahan,penggunaan energi berlebihan
2.
Nyeri berhubungan dengan kontraksi rahim & regangan
pada jaringan
3.
Penurunan cardiak out put berhubungan dengan
peningkatan kerja jantung sekunder penggunaan energi berlebih.
4.
Resiko terjadi gangguan kesimbangan cairan berhubungan
dengan perdarahan banyak
5.
Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan adanya luka
episiotomi.
V. Interrvensi
keperawatan :
Dx. 1. Pola napas tidak efektif b.d penggunaan energi berlebihan
Tujuan : Pola napas
tidak terganggu/kembali efektif.
Observasi TTV selama jalannya persalinan
Rasional
Deteksi dini keadaan klien sehingga dapat dilakukan tindakan secara tepat &
cepat.
Dampingi klien & berikan dorongan mental selama
perslinan
Rasional :
Mengurangi kecemasan sehingga klien dapat mengatur pernapasan scr benar
Ajarkan tehnik pernapasan yg benar saat kontraksi
Rasional :
Meningkatkan cadangan oksigen & tenaga
Ajarkan cara mengedan yg benar
Rasional :
Agar klien dpt menghemat energi & melahirkan bayinya dng cepat.
Dx. 2. Nyeri b.d kontraksi rahim & regangan
jaringan
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.
Observasi skala nyeri dng skala 1 – 10, intensitas &
lokasi
Rasional :
Mengetahui tingkat nyeri & ketergantungan klien serta kualitas nyeri
Ajarkan tehnik relaksasi & menarik napas panjang
Rasional :
Meningkatkan relaksasi & rasa nyaman
Berikan penjelasan ttg penyebab nyeri & kapan hilangnya
Rasional :
Meningkatkan pengetahuan sehingga mengurangi kecemasan,klien menjadi kooperatif
Ajarkan cara mengedan yg benar jika pembeukaan sudah lengkap
Rasional :
Mengurangi kelelahan & mempercepat proses persalinan.
Anjurkan klien u/ istirahat miring kiri jika tdk sedang
kontraksi
Rasional :
Mengurangi penekanan vena cava, meminimalkan hipoksia jaringan.
Dx. 3. Penurunan Cardiak output b.d peningkatan kerja
jantung
Tujuan : Cardiak out put dalam batas normal, TD= 120/80
mmHg,Nadi=80 x/mnt
Observasi TTV
Rasional :
Mengetahui perkembangan/perubahan yg terjadi pada klien
Observasi perubahan sensori
Rasional :
Mengetahui ketidak adekuatan perfusi cerebral.
Observasi penggunaan energi & irama jantung
Rasional :
Mengetahui tingkat ketergantungan klien.
Dx. 4. Resiko terjadi infeksi b.d adanya luka
episiotomi
Tujuan : Tidak terkadi infeksi
Observasi TTV & tanda-tanda infeksi
Rasional :
Deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi sehingga segera diatasi.
Lakukan vulva hygiene 2 x sehari (pagi – sore)
Rasional :
Luka kotor mempengaruhi proses penyembuhan
Anjurkan klien u/ menganti pembalut setiap habis kencing
atau kotor
Rasional :
Kebersihan mempercepat proses penyembuhan & mencegah masuknya organisme.
Anjurkan klien u/ segera mobilisasi (duduk,berdiri &
jalan serta menyusui bayinya )
Rasional : Mencegah sisa perdarahan/kotoran
membendung dng mobilisasi sisa kotoran dpt keluar sehingga mempercepat proses
penyembuhan disamping itu mem-perlancar sirkulasi darah keluka.
VI. Buku
Acuan :
Bagian
Obstetri & Ginekologi,FK.Unpad. 1993. Obstetri. Elstar. Bandung.
Carpenito,Lynda
Juall. 2001 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. ed.8.EGC. Jakarta
Prawiro
Harjo. 1995. Bedah Kebidanan. Bina Pustaka. Jakarta
Senin, November 21, 2016
Minggu, November 20, 2016
Keperawatan Medikal Bedah
DIABETES MELLITUS
1.
Definisi
a.
Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah keadaan
hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf,
dan pembuluh darah disertai lesi pada pembagian basalis dalam pemeriksaan
mikroskop elektron (Arif Mansjoer, dkk, 1999 : 580).
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolik
kronis yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol yang
dikarakteristikkan dengan hiperglikemia karena defisiensi insulin atau
ketidakadekuatan pengguna insulin (Barbara Engram, 1998 : 352).
Diabetes Melitus adalah suatu jenis
penyakit yang disebabkan menurunnya hormon insulin yang diperoduksi oleh
kelenjar pankreas (Propti Utami, 2003 : 1).
|
Diabetes Melitus adalah penyakit kronis
metabolisme abnormal yang memerlukan pengobatan seumur hidup dengan diet,
latihan, dan obat-obatan (Lynda Juall Carpenito, 1999 : 143).
Dari kelima pendapat tersebut dapatlah
disimpulkan bahwa Diabetes Melitus adalah gangguan metabolik kronis yang
mengalami peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan hormon insulin
disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah yang
memerlukan pengobatan seumur hidup dengan diet, latihan.
b.
Gangren
Gangren adalah
ulkus yang timbul pada penderita dengan keadaan umum buruk atau penderita
penyakit kronis (R.S Siregar DTM, 1996 : 82)
2.
Patofisiologi
Sistem pencernaan, memecah makanan menjadi
partikel-partikel kecil yang akan dipakai oleh tubuh. Beberapa makanan dipecah
menjadi partikel-partikel gula. Kadang gula ini disebut pula sebagai
karbohidrat atau glukosa. Gula berpindah dari sistem pencernaan kedarah dan
beredar keseluruh tubuh untuk memberi makan sel-sel yang bekerja. Gula adalah
paket energi yang diperlukan sel untuk melakukan kerja seperti lari atau
bernafas, pada saat bersamaan, tubuh mengirim isyarat ke pankreas agar organ
tersebut melepas insulin kedalam aliran darah. Insulin dilepaskan dari sel beta
pada pankreas. Insulin bereaksi seperti kunci yang membuka pintu sel agar gula
dapat masuk kedalam sel. Sel yang bekerja akan menggunakan gula sebagai energi
sehingga mereka dapat melakukan tugasnya, tanpa insulin, gula tidak dapat masuk
aliran darah dan masuk kedalam sel bekerja menjadi kelaparan, kondisi demikian
yang terjadi pada diabetes.
Diabetes Melitus merupakan penyakit
kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya hormon insulin. Hormon insulin
dihasilkan oleh sekelompok sel beta pankreas dan sangat berperan dalam
metabolisme glukosa bagi sel tubuh, kadar glukosa darah yang tinggi dalam tubuh
diabetes tidak bisa diserap semua dan tidak mengalami metabolisme dalam sel
akibatnya penderita akan kekurangan energi sehingga penderita mudah lelah dan
berat badan terus menurun. Kadar glukosa yang berlebih yang dikeluarkan melalui
ginjal dan dikeluarkan bersama urin. Gula bersifat menarik air, sehingga
penderita banyak mengeluarkan urine dan selalu merasa kehausan.
Diabetes melitus diakibatkan karena
berkurangnya glukosa yang masuk kedalam sel jaringan perifer, dan bertambahnya
jumlah glukosa yang dilepaskan kedalam darah oleh hati akibat meningkatnya
glukoneogenesis, kedua hal ini mengakibatkan peningkatan kadar gula didalam
darah (hiperglikemia) dan jaringan ekstraseluler.
3.
Etiologi
Penyebab Diabetes Melitus adalah kurangnya
produksi ketersediaan insulin dalam tubuh atau terjadinya gangguan fungsi
insulin, yang sebenarnya jumlahnya cukup, ada beberapa faktor yang menyebabkan
Diabetes Melitus yaitu :
a.
Genetik atau Faktor Keturunan
Sebagian besar diabetes memiliki riwayat
keluarga penderita Diabetes Melitus. Penderita Diabetes Melitus yang sudah
dewasa, lebih dari 50% berasal dari keluarga yang menderita Diabetes Melitus.
Dengan begitu dapat dikatakan bahwa Diabetes Melitus cenderung diturunkan, bukan
ditularkan. Anggota keluarga penderita Diabetes Melitus kemungkinan lebih besar
terserang penyakit ini daripada keluarga lainnya.
b.
Virus dan Vakteri
Virus yang diduga menyebabkan Diabetes
Melitus adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. virus dapat
menyebabkan Diabetes Melitus melalui mekanisme infeksi sitolitik pada sel beta
yang mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Selain itu, melalui reaksi
otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun pada sel beta.
c.
Bahan Toksik atau Beracun
Ada beberapa bahan toksik yang mampu
merusak sel beta secara langsung, yakni alloxan, pyrinuron (rodentisida),
dan streptozopoan (produk dari sejenis jamur). Bahan toksik lain berasal
dari cassava atau
singkong-singkong merupakan tanaman banyak tumbuh didaerah tropik, merupakan
sumber kalori utama penduduk dikawasan tertentu. Singkong mengandung glukosida
sianogenik yang dapat melepaskan sianida sehingga memberi efektoksik terhadap
jaringan tubuh.
d.
Nutrisi
Diabetes Melitus dikenal sebagai penyakit yang berhubungan dengan
nutrisi, baik sebagai faktor penyebab maupun pengobatan. Nutrisi yang
berlebihan merupakan faktor resiko pertama yang diketahui menyebabkan Diabetes
Melitus. Semakin lama dan berat obesitas akibat nutrisi berlebihan, semakin
besar kemungkinan terjangkitnya Diabetes Melitus.
4.
Penatalaksanaan
Dasar pengobatan untuk Diabetes Melitus
meliputi : Diit, olahraga, obat, pendidikan.
a.
Diit
Diit yang terpenting adalah
mengatur jumlah kalori yang tepat untuk tiap pasien dengan tujuan :
-
Mencapai berat badan ideal, berarti
menguruskan yang gemuk dan menggemukkan yang kurus serta mempertahankan yang
sudah ideal.
-
Bagi anak wanita hamil, harus diberikan
kalori lebih tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak atau janin.
-
Menimbulkan keadaan sehat dan nyaman pada
penderita dengan tercapainya glukosa, normoglikemia, normolipemia, bebas
komplikasi, dll.
Dalam pengobatan diit ini, kunci utama untuk mencapai tujuan
adalah memberikan pengertian pada pasien bahwa tubuh tidak dapat memproduksi
insulin untuk mengolah beban glukosa seperti sebelum mengidap Diabetes Melitus
dan memberikan diit dengan persyaratan yang tetap yaitu :
-
Jumlah kalori tepat
-
Tinggi serat
-
Tidak berbeda dengan menu keluarga
-
Frekuensi makan sering dan kecil
b. Olahraga
Pada
dasarnya olahraga menimbulkan penurunan kadar gula darah yang disebabkan oleh
karena peninggian penggunaan glukosa di daerah perifer. Pada waktu kerja
jasmani, kebutuhan otot terhadap glukosa akan meninggi. Pada tahap permulaan
olahraga, cadangan glukosa otot merupakan bahan pokok pembakaran. Kecepatan
pemecahan glikogen otot menjadi gula sangat tinggi pada periode 5 – 10 menit
pertama. Bila olahraga ini dilanjutkan, aliran darah makin cepat dan banyak,
maka pemecahan lemak akan menggantikan dan menjadi sumber utama bahan bakar
(glukoneogenesis). Bila olahraga dilanjutkan 10-40 menit maka kebutuhan otot
meningkat sampai 30-20 kali dari kebutuhan basal. Ketergantungan otot-otot
terhadap glukosa darah hasil pemecahan lemak sangat besar.
c. Obat-obatan
-
Obat Hipoglikemik Oral
Dewasa ini ditemukan
berbagai rupa obat tetapi secara kimiawi hanya terdapat 2 golongan anti
diabetik oral yaitu derivat sulfonilurea dan derivat biguanid. Cara kerja kedua
jenis obat ini sangat berbeda, derivat sulfonilurea bekerja merangsang beta sel
pankreas, untuk memproduksi hormon insulin, menurunkan hepatik glukogenesis
/ glukoneogenesis dan menambah insulin reseptor pada sel pankreas, akan
tetapi langsung bekerja menghambat penyerapan glukosa di usus, meningkatkan
kecepatan ambilan glukosa didalam otot dan menurunkan glukoneogenesis hati dan
otot.
-
Insulin
Ditinjau dari cara
kerjanya terdapat 3 jenis insulin :
·
Insulin kerja pendek, masa kerja 2 – 4 jam
·
Kerja sedang, masa kerja 6 – 12 jam
·
Kerja lambat, masa kerja 18 – 24 ham
Pemberian insulin pada
pasien Diabetes Melitus bika menggunakan kerja
pendek, diberikan 3 – 4 x sehari obat yang tersedia regular insulin, neutral
insulin, atrapid mono component, insulin kerja sedang diberikan 2 x sehari obat
yang tersedia HPH insulin. Insulin kerja lambat diberikan 1 x sehari, obat yang
tersedia protamin zink insulin dan monotard ultralente.
Untuk pasien yang baru pertama kali diberikan insulin
sebaiknya, pada dosis awal dipergunakan insulin kerja cepat 3 x sehari
diberikan 1/2 – 1/4 sebelum makan dan ditingkatkan secara perlahan. Pada saat
dosis pemeliharaan tercapai, dapat dipertimbangkan menggunakan insulin yang
lebih lambat kerjanya atau menggunakan campuran insulin kerja cepat dan
menengah atau lambat. Sedangkan penggunaan insulin kerja lambat secara tunggal
agaknya kurang memadai.
d. Pendidikan
Dalam
mencapai tujuan pengobatan Diabetes Melitus maka salah satu cara
pengobatan lain adalah pendidikan (penyuluhan) bagi pasien. Penyuluhan ini
meliputi : pengetahuan mengenai Diabetes Melitus dan bagaimana mengatasi
keadaan darurat seperti hipoglikemia. Penyuluhan dimulai dari pasien, keluarga,
kelompok keluarga dan masyarakat.
B. Tinjauan Kasus Secara Teoritis
1.
Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar
dalam proses keperawatan secara keseluruhan terdiri dari :
a.
Biodata
Meliputi nama, umur, alamat, agama, pekerjaan,
suku/bangsa, pendidikan, jenis kelamin, status marital, tanggal masuk rumah
sakit, nomor register, diagnosa medis, nama orang tua/suami/menitstri, tanggal
dan jam pengkajian.
b.
Riwayat Kesehatan antara lain
-
Keluhan Utama (Chief Complain)
Biasanya penderita Diabetes Melitus datang kerumah sakit
dengan keluhan poli uria, poli dipsia, polifagia, lemah dan biasanya disertai
gangguan.
-
Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada penderita Diabetes Melitus ditemukan adanya keluhan
poli dipsi, poli uri, poli fagia, lemah, mual, muntah, pusing, berat badan
turun, mata kabur, luka yang tak sembuh-sembuh, infeksi pada saluran kemih,
mengeluh gatal-gatal.
-
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat penyakit terdahulu baik yang berhubungan dengan
sistem endokrin maupun dengan penyakit lainnya.
-
Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui terutama yang
menular dan yang merupakan faktor keturukan.
Menurut Marilynn E. Doenges, data dasar pada pengkajian
klien dengan Diabetes Melitus komplikasi ulkus adalah :
a.
Aktivitas/menitstirahat
Gejalanya lemah, letih, sulit bergerak/benjolan, kram
otot, tonus otot menurun, gangguan istirahat/tidur.
b.
Sirkulasi
Gejala adanya riwayat hipertensi, keseluruhan pada
ekstremitas.
c.
Integritas/Ego
Gejala stres tergantung pada orang lain.
d.
Eliminasi
Gejala biasa yang ditemukan perubahan pola berkemih
(poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar, kesulita, isk baru/berulang, nyeri
tekan abdomen.
e.
Makanan/Cairan
Gejala yang ditemukan hilang, nafsu makan, mual/muntah,
tak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat
badan lebih dari periode beberapa hari/minggu, haus.
f.
Neurosensori
Adanya pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan
pada otot, gangguan penglihatan.
g.
Nyeri/Kenyamanan
Gejalanya karena adanya abdomen yang tegang/nyeri
(sedang, berat).
h.
Pernafasan
Biasanya merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa
spuntum.
i.
Keamanan
Gejalanya kulit gatal, kering, ulkus.
j.
Seksualitas
Adanya rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten
pada pria.
k.
Penyuluhan/Pembelajaran
Gejalanya faktor resiko keluarga; DM, penyakit jantung,
stroke, hipertensi, penyembuhan yang lambat, penggunaan obat seperti steroid,
diuretik.
Pemeriksaan Diagnostik
Glukosa darah : Meningkat 200-100 mg/dl atau lebih
Aseton plasma (keton) :
Positif secara mencolok
Asam lemak bebas :
Kadar lipid dan kolesterol meningkat
Elektrolit :
Natrium :
Mungkin normal, meningkat atau menurun
Kalium :
Normal atau peningkatan semu, selanjutnya
akan menurun
Fosfor :
Lebih sering menurun.
2.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan Marilynn E. Doenges (1999),
diagnosa yang muncul pada Diabetes Melitus adalah :
a.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
diuresis osmotik (dari hiperglikemi).
b.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin.
c.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan kadar glukosa tinggi.
d.
Resiko tinggi terhadap perubahan
sensori-perseptual berhubungan dengan perubahan kimia endogen : ketidak
seimbangan glukosa / insulin / elektrolit.
e.
Kelelahan berhubungan dengan penurunan
produksi energi metabolik.
f.
Ketidakberdayaan berhubungan dengan
penyakit jangka panjang / progresif yang tidak dapat diobati.
g.
Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan /
mengingat, kesalahan interprestasi informasi.
3.
Perencanaan
Menetapkan rencana keperawatan (Marilynn E. Doenges, 1999
: 726).
a.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
diuresis osmotik (dari hiperglikemi), kehilangan gastrik berlebihan : Diare,
muntah.
K/H :
-
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat
dibuktikan oleh tanda vital, stabilm nadi perifer dapat diraba, turgor kulit
dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu dan kadar
elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
-
Dapatkan riwayat pasien/orangterdekat
sehubungan dengan lamanya gejala seperti : muntah, pengeluaran urine yang
sangat berlebihan
-
Pantau tanda-tanda vital
-
Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan
kussmaul atau pernafasan yang berbau keton
-
Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat
jenis) urine.
Rasionalisasi :
-
Membantu dalam memperkirakan kekurangan
volume total
-
Mengetahui perkembangan pasien dan
menentukan tindakan selanjutnya
-
Karena paru-paru mengeluarkan asam karbonat
melalui pernafasan yang menghasilkan alkalosis respiratoris terhadap keadaan
ketoasidosis
-
Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan
pengganti fungsi ginjal dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
b.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan insulin.
K/H :
-
Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
-
Menunjukkan tingkat energi biasanya
-
Mendemonstrasikan berat badan stabil atau
penambahan kearah rentang biasanya / yang diinginkan dengan nilai laboratorium
normal.
Intervensi :
-
Timbang berat badan setiap hari atau sesuai
dengan indikasi
-
Tentukan program diet dan pola makan pasien
dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien
-
Identifikasi makanan yang
disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural
-
Libatkan keluarga pasien pada perencanaan
makan ini sesuai dengan indikasi.
Rasionalisasi :
-
Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
-
Mengidentifikasikan kekurangan dan
penyimpangan dari kebutuhan terapeutik
-
Jika makanan yang disukai pasien dapat
dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan
-
Meningkatkan rasa keterlibatan, memberikan
informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
c.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan kadar glukosa tinggi.
K/H :
-
Mengidentifikasikan intervensi untuk
mencegah / menurunkan resiko infeksi
-
Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya
hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi :
-
Observasi tanda-tanda infeksi dan
peradangan
-
Tingkatkan upaya pencegahan yang melakukan
cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk
pasiennya sendiri
-
Pertahankan teknik aseptik pada prosedur
invasif
-
Pasang kateter/lakukan perawatan perineal
dengan baik
-
Berikan perawatan kulit dengan teratur dan
sungguh-sungguh.
Rasionalisasi :
-
Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang
biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi
nosokomial
-
Mencegah timbulnya infeksi silang
-
Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan
menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman
-
Mengurangi resiko terjadinya infeksi
saluran kemih
-
Sirkulasi perifer bisa terganggu yang
menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada
kulit/menitritasi kulit dan infeksi.
d.
Resiko tinggi terhadap perubahan
sensori-perseptual berhubungan dengan perubahan kimia endogen :
ketidakseimbangan glukosa / insulin / elektrolit.
K/H :
-
Mempertahankan tingkat mental biasanya
-
Mengenali dan mengkompensasikan kerusakan
sensori.
Intervensi :
-
Pantau tanda-tanda vital dan status mental
-
Panggil pasien dengan nama, orientasi
kembali sesuai dengan kebutuhannya
-
Jadwalkan interbensi keperawatan agar tidak
menunggu waktu istirahat pasien
-
Pelihara aktivitas rutin pasien sekon
sistem mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuan.
Rasionalisasi :
-
Sebagai dasar untuk membandingkan temuan
abnormal
-
Menurunkan kebingungan dan membantu untuk
mempertahankan kontak dengan realitas
-
Meningkatkan tidur, menurunkanrasa letih
dan dapat memperbaiki daya pikir
-
Membantu memelihara pasien tetap
berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungan.
e.
Kelelahan berhubungan dengan penurunan
produksi energi metabolik.
K/H :
-
Mengungapkan peningkatan tingkat energi
-
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk
berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Intervensi :
-
Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan
aktivitas
-
Berikan aktivitas alternatif dengan periode
istirahat yang cukup / tanpa diganggu
-
Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan
tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas
-
Tingkatkan partisipasi pasien dalam
melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat ditoleran.
Rasionalisasi :
-
Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk
meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin snagat lemah
-
Mencegah kelelahan yang berlebihan
-
Mengindikasikan kepercayaan diri/harga diri
yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.
f.
Ketidakberdayaan berhubungan dengan
penyakit jangka panjang / progresif yang tidak dapat diobati.
K/H :
-
Mengakui perasaan putus asa
-
Membantu dalam merencanakan perawatannya
sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan
diri.
Intervensi :
-
Anjurkan pasien/keluarga untuk
mengekspresikan perasaannya tentng perawatan dirumah sakit dan penyakitnya
secara kesleuruhan
-
Kaji bagaimana pasien telah menangani masalahnya dimasa lalu
-
Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau
keluarga
-
Tentukan apakah ada perubahan yang
berhubungan dengan orang.
Rasionalisasi :
-
Mngidentifikasi area perhatiannya dan
memudahkan cara pemecahan masalah
-
Pengetahuan gaya individu membantu untuk
menentukan kebutuhan terhadap tujuan penanganan
-
Harapan yang tak realistik atau adanya
tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan
frustasi/kehilangan kontril diri dan mungkin mengganggumemapuan koping
-
Tenaga dan pikiran yang konstan diperlukan
untuk mengendalikan diabetik yang seringkali memindahkan fokus hubungan.
g.
Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan /
mengingat, kesalahan interprestasi informasi.
K/H :
-
Mengungkapkan pemahanan tentang penyakitnya
-
Melakukan perubahan gaya hidup dan
berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi :
-
Ciptakan lingkungan saling percaya dengan
mendengarkan perhatian
-
Diskusikan tentang rencana diet
-
Buat jadwal latihan/aktivitas yang teratur
dan identifikasi hubungan dengan penggunaan insulin yang perlu menjadi
perhatian.
Rasionalisasi :
-
Menanggapi dan memperhatikan perlu
diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar
-
Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet
akan membantu pasien dalam merencanakan makan / mentaati, program
-
Waktu latihan tidak boleh bersamaan
waktunya dengan kerja puncak insulin.
4.
Pelaksanaan
Dalam memenuhi kebutuhan klien, perawat
melakukan fungsinya secara mandiri, kolaborasi, dan jenis tindakan yang
dilakukan adalah tindakan keperawatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
5.
Evaluasi
Merupakan langkah terakhir dari proses
keperawatan yang merupakan penilaian keberhasilan di asuhan keperawatan yang
telah dilakukan komponen tahap evaluasi adalah pencapaian kriteria hasil,
keefektifan tahap-tahap proses keperawatan, terminasi atau rencana asuhan
keperawatan.
BAB III

A. Tinjauan Kasus
Riwayat Keperawatan
Tanggal Masuk RS :
01 September 2006
Jam Masuk RS :
02.45 WIB
Ruangan/Kelas :
Interne / III
Nomor Kamar :
III. 1
Nomor Registrasi :
391902
Diagnosa Medis :
Diabetes Melitus Komplikasi Gangren
I. Pengkajian
1.
Biodata
a. Nama Klien : Tn.
S
b. Tempat/Tgl. Lahir : 65
Tahun
c. Jenis Kelamin :
Laki-laki
d. Status Marital :
Sudah Menikah
e. Agama/Kepercayaan : Islam
f. Suku/Bangsa :
Jawa/Indonesia
g. Bahasa yang dipakai :
Indonesia
h.
|
i. Pekerjaan :
Tani
j.
Alamat :
Tunas Berlian Muara Bulian
Kec. Bajubang
k. Nama Istri : Ny.
S
l. Tanggal, Jam Pengkajian : 11
September 2006 / 09.30 WIB.
2.
Riwayat Kesehatan
a.
Keluhan Utama (Chief Complain)
Nafas terasa sesak dan terdapat luka pada kaki kanan
disertai nanah, luka tidak sembuh-sembuh dan bertambah luas.
b.
Riwayat Kesehatan Masa Kini/Sekarang (PQST)
Saat dilakukan pengkajian tanggal 11 September 2006, jam
09.30 Wib klien mengeluh luka pada kaki kanannya diarea metatarsa luka tidak
sembuh-sembuh dan luka masih basah disertai nanah, dengan panjang luka +
11cm, luas+ 6 cm, kedalaman + 1 cm, luka terjadi sejak 2 bulan
yang lalu, klien mengeluh kurang nafsu makan, sering BAK, klien susah tidur,
badan terasa lemas.
c.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Sebelumnya mengalami penyakit kronis yaitu penyakit
hipertensi, klien tidak ada alergi makanan atau obat, klien biasa makan obat
antihipertensi, klien ada kebiasaan merokok sebelumnya, dan klien belum pernah
operasi.
d.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien merupakan anak bungsu dari enam bersaudara dalam
keluarga tak ada yang menderita penyakit yang sama seperti klien, keluarga
hanya menderita demam, pilek yang dapat ditanggulangi keluarga sendiri.

![]() |
Keterangan :














e.
Kebiasaan Sehari-hari Sebelum Masuk RS (3
bulan terakhir)
Pola makan 3 x sehari, minum + 6-9 gelas/hari, BAB
+ 1 x/hari, BAK 4-5 x sehari, klien mandi 2 x sehari, sikat gigi 2 x
sehari, klien biasa motong kuku 1 x seminggu, setiap mandi klien selalu
keramas, ganti pakaian 2 x sehari, tidur siang jam 13.0 Wib – 14.00 Wib dan
malam jam 21.00 Wib – 04.00 Wib, klien tidak pernah berolahraga dan tak ada
kebiasaan rekreasi, klien hobi nonton TV acara sepak bola, makanan kesukaan
klien mie goreng dan minuman kesukaan klien adalah teh manis.
3.
Data Biologis Di Rumah Sakit
a. Keadaan Nutrisi
Pola makan klien 3 x sehari, klien kurang nafsu makan, porsi
yang dihabiskan hanya 2-3 sendok, diet DM dan klien tidak boleh makan-makanan
yang terlalu manis, klien tidak ada pantangan dan alergi makanan, pola minum
4-7 glas sehari.
b. Eliminasi
Klien sering BAK, sedikit-sedikit dengan frekuensi BAK + 7-11 x/hari
(+ 2.000 cc/24 jam). Dengan warna urin kuning muda, klien BAB + 1
x sehari yaitu pagi hari dengan warna tinja kuning dan konsisten tinja lembek.
c. Istirahat dan Tidur
Klien tidur siang jam 13.00 Wib – 14.30 Wib dan malam 01.00 –
04.00 Wib, klien mengeluh susah tidur karena sering terbangun ingin kencing
terus-menerus.
d.
Personal Hygiene
Selama dirawat dirumah sakit klien dilap dengan air
hangat 1 x/hari, klien sikat gigi 1 x sehari, selama dirawat klien tak pernah
keramas, ganti pakaian 1 x sehari, klien potong kuku 1 x seminggu, penampilan
klien kurang rapi karena perawatan diri yang kurang.
e.
Pemeriksaan Fisik
1.
Tanda-tanda Vital
- T/D : 150/100
mmHg
- Nadi : 80
x/menit
- RR : 18 x/
menit
- Suhu : 36o
C
2.
Keadaan Umum
Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, tinggi badan
162 cm, dan berat badan sebelum masuk rumah sakit BB klien 65 Kg dan saat ini
BB klien 59 kg, ciri-ciri tubuh tinggi.
3.
Kepala
Struktur kepala simetris, warna rambut memutih,
distribusi kurang merata, alopesia pada frontal luas + 9 cm, kondisi
rambut tampak kotor oleh debu karena tak pernah keramas.
a.
Telinga
Struktur telinga simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran
baik, ceruman ada, tidak ada cairan telinga, klien tak memakai alat bantu
dengar.
b.
Hidung
Struktur hidung simetris, sekret hidung ada, fungsi
penciuman baik, tak ada perdarahan pada hidung serta tak ada polip.
c.
Mata
Schlera ikterik, konjungtiva pucat, pupil isokor bereaksi
bila diberi rangsangan cahaya refleks baik, tidak dilakukan uji ketajaman
penglihatan, klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
d.
Mulut
Keadaan bibir klien lembab, keadaan gigi kurang lengkap,
keadaan lidah bersih, fungsi pengecapan dan mengunyah baik, mukosa mulut ada,
tidak terjadi pembesaran tonsil.
4.
Leher
Struktur simetris,
kelenjar tiroid dan lymfe tak ada pembesaran.
5.
Dada
Struktur dada simetris, tidak ada retraksi dada, buah
dada normal kiri dan kanan.
a.
Paru/Pernafasan
Pola nafas klien eupnea, irama nafas inspirasi lebih
pendek dari ekspirasi, tidak menggunakan organ bantu pernafasan, vokal fremitus
baik, bunyi nafas vesikuler.
b.
Jantung/Kardiovaskuler
Ukuran jantung terdengar mulai dari iga kedua sampai iga
kelima, iktus kordis tak teraba, bendungan venus tidak terjadi pengisian
pembuluh darah kapiler < 3 detik, bunyi jantung S1 lebih besar dari S2, tak
ada keluhan lain pada jantung.
6.
Perut/Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada nyeri pada epigastrium tidak
terjadi pembesaran hepar dan linfa dan tidak ada nyeri tekan pada abdomen.
7.
Status Neurologi
Tingkat kesadaran compos mentis, M : 6, E : 4, V : 5,
orientasi waktu, tempat, orang baik, tidak ada gangguan motorik.
8.
Perasaan Terhadap Rangsangan
Klien dapat merasakan nyeri bila dicubit, klien dapat
membedakan suhu air hangat dan air dingin, klien dapat merasakan daerah mana
yang diraba, klien dapat merasakan daerah mana yang ditekan, dan klien dapat
merasakan tusukan tajam dan tumpul.
9.
Kulit
Ada kelainan warna kulit akibat gangren yaitu warna
kehitaman, turgor kulit baik, keadaan kulit lembab.
10. Muskuloskeletal


4 4
11. Sistem Reproduksi/Kelainan
Tidak ada keluhan pada sistem reproduksi.
f.
Aktivitas Sehari-hari
Semua aktifitas klien ditolong oleh keluarga dan perawat.
g.
Hasil Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Gula Darah Nilai
Normal
Tanggal 11 September 2006 (55-115)
05.00 Wib : 140
mg/dl
11.00 Wib : 219
mg/dl
17.00 Wib : 208
mg/dl
23.00 Wib : 204
mg/dl
Tanggal 12 September 2006
05.00 Wib : 246
mg/dl
09.00 Wib : 206
mg/dl
14.00 Wib : 89
mg/dl
16.00 Wib : 91
mg/dl
22.00 Wib : 159
mg/dl
Tanggal 13 September 2006
09.20 Wib : 188
mg/dl
Darah Nilai
Normal
WBC : 13,5 H 103/mm3 (3,5 – 10)
RBC : 3,03 L 106/mm3 (3,80 – 5,80)
HGB : 8,7 L 96/
dl (11,0 – 16,5)
HCT : 24,8 L % (35,0 – 50,0)
Urine Nilai
Normal
Berat jenis :
1,08 (1,003 –
1,030)
Kreatinin : 3,9
mg/dl (1 – 2)
Warna Urin : Kuning
muda
h.
Program Pengobatan
Tanggal 11 September 2006
- Viliton 2 x
1 tab
- IVFD RL 20 tts
- Cefotaxim 3 x 1
gr
- Ranitidin 3 x 1
Amp
- Lasix 3
x 1 gr
- Insulin 3
x 15 unit
Tanggal 12 September 2006
- Viliton 2 x
1 tab
- IVFD RL 20 tts
- Cefotaxim 3 x 1
gr
- Ranitidin 3 x 1
Amp
- Insulin 3
x 15 unit
Tanggal 13 September 2006
- Viliton 2
x 1 tab
- IVFD RL 20 tts
- Cefotaxim 3 x 1
gr
- Ranitidin 3 x 1
Amp
- Insulin 3
x 15 unit
i.
Data Psiko Sosial
Klien ingin cepat sembuh, perkembangan mental baik,
kepekaan terhadap lingkungan baik, dapat bersosialisasi dengan baik, mekanisme
koping berdo’a, penyebab stres klien yaitu penyakitnya.
j.
Data Spiritual
Tn. S beragama Islam, selama dirumah sakit klien tidak
sholat, tetapi klien selalu berdo’a untuk kesembuhannya.
k.
Data Sosial
Klien dapat berorientasi dengan baik terhadap dokter,
perawat dan klien lainnya.
ANALISA DATA
No
|
Data
|
Penyebab
|
Masalah
|
|
1
2
3
4
5
|
DS:
DO:
DS:
DO:
DS:
DO:
DS:
DO:
DS:
DO:
|
“Sus, saya kurang
nafsu makan”.
-
Porsi yang dihabiskan hanya 2-3 sendok
- BB menurun dari 65 kg menjadi 59
kg
-
Klien kurang nafsu makan.
“Sus, saya tak bisa tidur karena sering BAK dalam frekuensi yang
sedikit-sedikit”
-
T/D : 150/100 mmHg, N : 80 x/menit, RR :
18 x/menit, S : 36o C
-
Tidur klien + 4 ½ jam
-
Konjungtiva anemis
-
Klien mengeluh tidak bisa tidur
-
Klien sering BAK + 7-11 x sehari (+2.000
cc/hari)
-
Terlihat lingkar hitam disekitar mata
“Sus, luka dikaki saya tidak sembuh-sembuh”
-
Luka masih basah dan bernanah
-
Terdapat rusakan kulit didaerah ulkus
-
Panjang ulkus + 11 cm dan
kedalaman + 1 cm dan luas + 6 cm
-
Luka dikompres dengan air cuka
-
Ada kelainan warna kulit akibat gangren
yaitu warna kehitaman
“Sus, badan saya terasa lemas dan tidak bisa melakukan aktivitas seperti
biasanya
-
Kekuatan dan tonus otot menurun
-
![]()
4 4
-
Semua aktivitas dibantu oleh keluarga dan
perawat
-
Keadaan umum lemah.
“Sus, saya selama dirawat hanya dilap dengan air hangat oleh istri saya”
-
Penampilan klien kurang rapi
-
Selama dirawat klien tidak pernah keramas
-
Rambut tampak kotor oleh debu karena
tidak pernah keramas
-
Klien dilap dengan air hangat 1 x sehari.
|
Intake yang tidak
adekuat
Frekuensi BAK yang
meningkat
Adanya gangren
diabetikum didaerah kaki sebelah kanan
Kelemahan fisik
Kelemahan fisik
|
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan istirahat dan tidur
Kerusakan integritas
kulit
Intoleransi aktivitas
Defisit perawatan diri
|
II. Diagnosa Keperawatan
a.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai dengan “Sus, saya
kurang nafsu makan”, porsi yang dihabiskan hanya 2-3 sendok, BB menurun dari 65
kg menjadi 59 kg, klien kurang nafsu makan.
b.
Perubahan istirahat dan tidur berhubungan
dengan frekuensi BAK yang meningkat ditandai dengan “Sus, saya tidak bisa tidur
karena sering BAK dalam frekuensi yang sedikit-sedikit”, T/D : 150/100 mmHg, N
: 80 x/menit, RR : 18 x/menit, S : 36o C, tidur klien + 4 ½
jam, konjungtiva anemis, klien mengeluh tidak bisa tidur, karena sering BAK +
7-11 x/sehari, terlihat lingkar hitam disekitar mata.
c.
Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan adanya gangren diabetikum didaerah kaki sebelah kanan ditandai dengan “Sus,
luka dikaki saya tidak sembuh-sembuh”, luka masih basah dan bernanah, terdapat
kerusakan kulit didaerah gangren, panjang gangren + 11 cm,luas+ 6
cm dan kedalaman + 1 cm, luka dikompres dengan air cuka, ada kelainan
warna kulit akibat gangren yaitu warna kehitaman.
d.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik ditandai dengan “Sus, badan saya terasa lemas dan tidak bisa
melakukan aktivitas seperti biasanya”, kekuatan dan tonus otot menurun, skala
otot 4 4


4 4
semua aktivitas dibantu oleh keluarga dan
perawat, keadaan umum lemah.
e.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan
kelemahan fisik ditandai dengan “Sus, saya selama dirawat hanya dilap dengan
air hangat oleh istri saya, penampilan klien kurang rapi, selama dirawat klien
tidak pernah keramas, rambut tampak kotor oleh debu karena tidak pernah
keramas, klien dilap dengan air hangat 1 x sehari.
III.
RENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S
No. Register :
391902
No
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasionalisasi |
1
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
|
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dalam jangka waktu 3 hari dengan
kriteria hasil :
-
Klien dapat menghabiskan porsi yang
disajikan
-
Klien ada nafsu makan
|
-
Beri pelajaran tentang pentingnya nutrisi
bagi tubuh
-
Kaji pola masukan diet dan nutrisi
-
Pertahankan kebersihan mulut / lakukan
oral hygiene
-
Timbang BB klien
-
Identifikasikan makanan yantg disukai /
dikehendaki
-
Libatkan keluarga pasien pada perencanaan
makanan ini sesuai indikasi
-
Beri obat sesuai indikasi.
|
-
Klien dan keluarga mengeteahui dan
memahami pentingnya nutrisi bagi tubuh
-
Untuk mengetahui keadaan nutrisi klien
dan diharapkan glukos darah klien terkontrol
-
Menghindari rasa tidak nyaman saat makan
-
Untuk mengetahui keadaan klien dan dapat
menentukan diit selanjutnya
-
Jika makanan yang disukai pasien
dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah
pulang
-
Meningkatkan rasa keterlibatan;
memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi klien
-
Untuk mengontrol gula darah klien.
|
2
|
Perubahan istirahat dan tidur berhubungan dengan frekuensi BAK yang
meningkat
|
Kebutuhan istirahat dan tidur klien terpenuhi dalam jangka waktu 3 hari
dengan kriteria hasil :
-
Tidur klien + 8 jam/hari
-
Klien dapat tidur dengan nyenyak
-
Konjungtiva tidak pucat
|
-
Observasi tanda-tanda vital
-
Kaji penyebab gangguan tidur
-
Jelaskan kepada klien tentang pentingnya
istirahat bagi kesehatan
-
Lanjutkan klien agar tak minum terlalu
banyak
-
Ciptakan suasana yang tenang dan nyaman
-
Atur dan pertahankan posisi tidur yang
dirasakan nyaman bagi klien
|
-
Untuk mengetahui perkembangan pasien dan
untuk menentukan tindakan selanjutnya
-
Dengan mengkaji penyebab gangguan tidur
dapat diketahui penyebab dan mempermudah rencana perawatan
-
Diharapkan klien mengerti dan mau
istitahat sesuai dengan kondisi klien
-
Diharapkan BAK klien berkurang
-
Agar klien dapat tidur dengan tenang
-
Agar klien dapat beristirahat dengan
nyaman
|

|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Interfensi
|
Rasionalisasi |
||
3
|
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya gangren diabetikum
didaerah kaki sebelah kanan
|
Gangguan integritas kulit membaik dalam jangka waktu 3 hari dengan
kriteria hasil :
-
Luka kering
-
Luka tampak bersih
|
-
Amati keadaan umum klien
-
Jaga sekitar gangren agar tetap bersih
dan bebas dari tekanan serta iritasi
-
Bersihkan daerah gangren dengan anti
septik dan ganti perban tiap hari
-
Gunakan instrumen yang steril
-
Monitor adanya perluasan luas
|
-
Untuk mengetahui keadaan klien secara
menyeluruh
-
Diharapkan luka klien cepat sembuh dan
terhindari dari bakteri
-
Agar bakteri tidak mudah berkembang biak
didaerah luka dan bisa sembuh dengan baik
-
Diharapkan dapat mencegah kontaminasi
dengan kuman
-
Untuk mengetahui keadaan luka klien.
|
||
4
|
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
|
Aktivitas klien
terpenuhi dalam jangka waktu 3 hari dengan kriteria hasil :
-
Klien mampu melakukan aktivitas sendiri
-
Keadaan umum baik
|
-
Kaji tingkat kemampuan maksimal aktivitas
klien
-
Bantu klien dalam beraktivitas
-
Dekatkan segala kebutuhan sehari-hari
klien
-
Anjutkan pada klien untuk melakukan
aktivitas sesuai dengan kemampuan
-
Anjurkan kepada keluarga untuk membantu
dan melatih klien melakukan aktivitas secara bertahap
-
Beri motivasi klien untuk melakukan
aktivitas secara bertahap
|
-
Diharapkan dapat mengetahui kemampuan
klien dalam beraktivitas
-
Diharapkan kebutuhan klien terpenuhi
-
Diharapkan klien mampu memenuhi kebutuhan
sehari-hari
-
Dengan menganjurkan klien untuk melakukan
aktivitas sesuai dengan kemampuan diharapkan klien akan dapat melakukan
aktivitas mandiri
-
Dengan menganjurkan kepada keluaga
membantu dan melatih klien melakukan aktivitas sesuai kemampuannya diharapkan
kebutuhan klien terpenuhi
-
Agar klien merasa terdorong untuk
melakukan aktivitas secara bertahap.
|
![]() |
![]() |
Diagnosa
|
Tujuan
|
Interfensi
|
|
|
|
5
|
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
|
Klien merasa nyaman dan tubuh klien tampak bersih dalam jangka waktu 3
hari dengan kriteria hasil :
-
Penampilan klien bersih dan rapi
-
Rambut tampak bersih
|
-
Beri penjelasan kepada klien dan keluarga
pentingnya menjaga kebersihan
-
Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari (mandi, BAK, BAB)
-
Libatkan keluarga dalam melakukan
perawatan klien
-
Beri latihan sesuai dengan keadaan fisik
klien
|
-
Klien dan keluarga dapat dapat memahami
pentingnya menjaga kebersihan
-
Agar kebersihan diri klien terpenuhi
-
Karena keluarga merupakan faktor
pendukung utama dalam pemberian asuhan keperawatan
-
Dengan latihan yang sesuai dengan
keadaannya agar kemampuan klien dapat pulih kembali.
|
![]() |
IV. CATATAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S
No. Register : 391902
No
|
Tanggal, Jam
|
Gejala/Masalah
|
Implementasi
|
Paraf
|
1
|
11-09-2006
09.30 Wib
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
-
Memberi penjelasan tentang pentingnya
nutrisi bagi tubuh
-
Menimbang berat badan klien bb 59 kg
-
Menganjurkan klien untuk mentaati diit
-
Mengkaji tingkat pemasukan diit klien
(diit hanya 2-3 sendok yang dihabiskan)
|
|
2
|
11-09-2006
10.00 Wib
|
Perubahan istirahat
dan tidur
|
-
Mengobservasi tanda-tanda vital (T/D :
150/100 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 18 x/menit, S : 36o C)
-
Mengkaji penyebab gangguan tidur klien
(klien tidak dapat tidur karena sering BAK)
-
Menciptakan suasana yang tenang dan
membatasi pengunjung
-
Mengkaji tingkat kebutuhan istirahat dan
tidur klien (istirahat dan tidur klien saat dirawat hanya + 4 ½
jam/hari
-
Mengatur posisi yang dianggap nyaman bagi
klien yaitu posisi semi fowler
-
Menganjurkan klien agar tidak minum
terlalu banyak
|
|
3
|
11-09-2006
11.00 Wib
|
Kerusakan integritas
kulit
|
-
Mengobservasi keadaan umum klien secara
keseluruhan dan adanya gangren
-
Menjaga sekitar gangren agar tetap bersih
dan kering
-
Melakukan perawatan luka (membersihkan
luka, mengganti verban)
-
Menggunakan instrumen yang steril
-
Memonitor adanya perluasan gangren
(panjang ulkus + 11 cm, luas + 6 cm dan kedalaman + 1
cm)
|
|
4
|
11-09-2006
12.00 Wib
|
Intoleransi aktivitas
|
-
Mengkaji tingkat kemampuan maksimal
aktivitas klien (klien tidak bisa beraktifitas sendiri)
-
Menganjurkan kepada keluarga untuk
membantu klien melakukan aktivitas secara bertahap
|
|
5
|
11-09-2006
12.30 Wib
|
Defisit perawatan diri
|
-
Memberi penjelasan pada klien tentang
pentingnya menjaga kebersihan tubuh agar terhindar dari penyakit infeksi
lainnya
-
Melibatkan keluarga untuk membantu klien
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti BAK, BAB, mandi.
|
CATATAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S
No. Register : 391902
No
|
Tanggal, Jam
|
Gejala/Masalah
|
Implementasi
|
Paraf
|
1
|
12-09-2006
09.00 Wib
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
-
Memotivasi klien untuk makan
-
Menimbang berat badan klien BB 59 kg
-
Menganjurkan klien untuk mentaati
peraturan diit
-
Menganjurkan klien makan dalam keadaan
hangat
-
Mengkaji tingkat masukan dit klien (porsi
yang disediakan setengah yang dihabiskan)
-
Memberi obat sesuai indikasi
· Ranitidin 1 amp
· Insulin 15 unit
|
|
2
|
12-09-2006
11.00 Wib
|
Perubahan istirahat
dan tidur
|
-
Mengobservasi tanda-tanda vital (T/D :
140/100 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 22 x/menit, S:36,2o C)
-
Menciptakan suasana yang tenang
-
Mengatur posisi yang dianggap nyaman bagi
klien yaitu posisi semi fowler
-
Menganjurkan klien agar tidak terlalu
banyak minum
-
Mengkaji tingkat kebutuhan istirahat dan
tidur klien (istirahat dan tidur klien selama di RS lebih kurang 5 jam/hari
|
|
3
|
12-09-2006
09.30 Wib
|
Kerusakan integritas
kulit
|
-
Menggunakan istrumen yang sterl
-
Melakukan perawatan dan mengganti verban
dengan menggunakan air cuka
-
Memberi obat injeksi antibiotik cetotaxim
1 gr
|
|
4
|
12-09-2006
11.00 Wib
|
Intoleransi aktivitas
|
-
Menganjurkan klien untuk melakukan
akvitias sesuai dengan kemampuan seperti makan sendiri tanpa disuapi,
mengambil minum sendiri
-
Mengajarkan klien gerakan room aktif
|
|
5
|
12-09-2006
08.00 Wib
|
Defisit perawatan diri
|
-
Membantu keluarga memandikan klien dengan
cara mengelap tubuh klien dengan air hangat.
|
CATATAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S
No. Register : 391902
No
|
Tanggal, Jam
|
Gejala/Masalah
|
Implementasi
|
Paraf
|
1
|
13-09-2006
08.00 Wib
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
-
Menganjurkan klien untuk makan dalam
keadaan hangat untuk meningkatkan nafsu makan
-
Menimbang BB klien 59,2 kg
-
Mengkaji tingkat masukan diet klien
(porsi yang disediakan dihabiskan)
-
Memberi obat sesuai indikasi
· Ranitidin 1 amp
· Insulin 15 unit
|
|
2
|
13-09-2006
11.00 Wib
|
Perubahan istirahat
dan tidur
|
-
Mengobservasi tanda-tanda vital (T/D :
140/100 mmHg, N : 78 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36oC)
-
Menganjurkan klien untuk istirahat yang
cukup
-
Mempertahankan posisi tidur yang dianggap
nyaman bagi klien yaitu posisi semi fowler
-
Menciptakan suasana yang tenang
-
Mengkaji tingkat kebutuhan istirahat dan
tidur klien (istirahat dan tidur klien selama di RS lebih kurang 7 jam/hari)
|
|
3
|
13-09-2006
09.30 Wib
|
Kerusakan integritas
kulit
|
-
Melakukan perawatan luka sekitar gangren
agar tidak terjadi infeksi dengan cara membersihkan dan mengganti verban
dengan kompres air cuka
-
Memberi obat sesuai indikasi (cefotaxim 1
gr)
|
|
4
|
13-09-2006
11.30 Wib
|
Intoleransi aktivitas
|
-
Menganjurkan klien melakukan aktivitas
secara bertahap (merubah posisi tidur secara bertahap, dan melakukan
aktivitas makan dan minum sendiri tanpa disuapi
-
Mendekatkan peralatan yang dibutuhkan
(minum dan makan)
-
Membantu klien untuk menggerakkan anggota
badan secara bertahap (kaki dan tangan)
|
|
5
|
13-09-2006
09.15 Wib
|
Defisit perawatan diri
|
-
Menganjurkan kepada klien untuk menjaga
kebersihan diri untuk menghindari terjadinya penyakit lain
-
Melibatkan keluarga untuk membantu klien
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti BAK, BAB, mandi
|
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Tn. S
Umur : 65 Tahun
(Hari Pertama)
No
|
Tanggal/Jam
|
Dignosa Keperawatan
|
Catatan Keperawatan (SOAPIER)
|
Paraf
|
|
1
|
11-09-2006
09.30 Wib
|
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
|
S:
O:
A:
P:
I:
E:
R:
|
“Sus, saya kurang nafsu makan”.
-
Porsi yang dihabiskan hanya 2-3 sendok
-
BB 59 kg
-
Klien kurang nafsu makan.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
-
Beri penjelasan tentang pentingnya
nutrisi bagi tubuh
-
Kaji pola masukan diet dan nutrisi
-
Pertahankan kebersihan mulut/lakukan oral
higiene
-
Timbang BB klien
-
Identifikasikan makanan yang disukai /
dikehendaki
-
Libatkan keluarga pasien pada perencanaan
makan ini sesuai indikasi
-
Beri obatsesuai indikasi.
-
Memberi penjelasan tentang pentingnya
nutrisi bagi klien
-
Menimbang berat badan klien BB 59 kg
-
Mengkaji tingkat masukan diit klien
(hanya 2-3 sendok yang dihabiskan)
-
Menganjurkan klien untuk mentaati diit
Klien masih mengatakan
kurang nafsu makan, makanan yang dihabiskan hanya 2-3 sendok saja, masalah
belum teratasi.
Lanjutkan rencana
tindakan.
|
|
2
|
11-09-2006
10.00 Wib
|
Perubahan istirahat
dan tidur berhubungan dengan frekuensi BAK yang meningkat
|
S:
O:
A:
P:
|
“Sus, saya tidak bisa
tidur karena sering BAK dalam frekuensi yang sedikit-sedikit”.
-
Tidur klien + 4 ½ jam
-
Konjungtiva anemis
-
Klien mengeluh tidak bisa tidur
-
Klien sering BAK + 7-11 x sehari (+
2000 cc/hari)
-
Terlihat lingkar hitam disekitar mata.
Perubahan istirahat dan tidur.
-
Kaji penyebab gangguan tidur
-
Anjurkan kepada klien tentang pentingnya
istirahat bagi kesehatan
|
I:
E:
R:
|
-
Anjurkan kepada klien agar tidak minum
terlalu banyak
-
Ciptakan suasana yang tenang
-
Atur dan pertahankan posisi tidur yang
dirasakan nyaman bagi klien.
-
Mengobservasi tanda-tanda vital (T/D :
150/100 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 18 x/menit, S : 36o C)
-
Mengkaji penyebab gangguan tidur klien
(klien tidak dapat tidur karena sering BAK)
-
Menciptakan suasana tenang dan nyaman
-
Menganjurkan kepada klien agar tidak
minum terlalu banyak
-
Mengkaji tingkat kebutuhan istirahat dan
tidur klien (istirahat dan tidur klien saat dirawat hanya lebih kurang 4 ½
jam/hari)
-
Mengatur posisi yang dianggap nyaman bagi
klien yaitu posisi semi fowler.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien masih belum mau tidur dengan
nyenyak, tidur + 4 ½ jam/hari, masalah belum teratasi.
Lanjutkan rencana
tindakan.
|
||||
3
|
11-09-2006
11.00 Wib
|
Kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan adanya gangren diabetikum didaerah kaki sebelah
kanan
|
S:
O:
A:
P:
I:
E:
R:
|
“Sus, luka dikaki saya tidak sembuh-sembuh”.
-
Luka masih basah dan bernanah
-
Terdapat kerusakan kulit didaerah gangren
-
Panjang ulkus + 11 cm,luas +
6 cm dan kedalaman + 1 cm.
-
Luka dikompres dengan air cuka.
Kerusakan integritas kulit.
-
Amati keadaan umum klien
-
Jaga sekitar gangren agar tetap bersih dan bebas dari
tekanan serta iritasi
-
Bersihkan daerah gangren dengan anti
septik dan ganti perban tiap hari
-
Gunakan istrumen yang steril
- monitor adanya perluasan luka.
-
Mengobservasi keadaan umum klien secara
keseluruhan dan adanya gangren
-
Menjaga sekitar gangren agar tetap bersih
dan kering
-
Melakukan perawatan luka (membersihkan
luka, mengganti verban)
-
Menggunakan instrumen yang steril
-
Memonitor adanya perluasan gangren
(panjang ulkus + 11 cm dan kedalaman + 1cm, dan luasnya +
6 cm)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan integritas kulit belum teratasi.
Lanjutkan rencana tindakan.
|
|
4
|
11-09-2006
12.00 Wib
|
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik
|
S:
O:
A:
P:
I:
E:
R:
|
“Sus, badan saya terasa lemas dan tidak bisa melakukan aktivitas seperti
biasanya”.
-
Kekuatan otot dan tonus otot menurun
-
![]()
4 4
-
Semua aktivitas dibantu oleh keluarga dan
perawat
-
Keadaan umum lemah
Intoleransi aktivitas
-
Kaji tingkat kemampuan maksimal aktivitas
klien
-
Bantu klien dalam beraktivitas
-
Dekatkan segala kebutuhan sehari-hari
klien
-
Anjurkan pada klien untuk melakukan
aktivitas sesuai dengan kemampuan
-
Anjurkan kepada keluarga untuk membantu
dan melatih klien melakukan aktivitas secara bertahap
-
Beri motivasi klien untuk melakukan
aktivitas secara bertahap.
-
Mengkaji tingkat kemampuan maksimal
aktivitas klien (klien tidak bisa beraktivitas sendiri)
-
Menganjurkan kepada keluarga untuk
membantu klien melakukan aktivitas secara bertahap.
Masalah belum teratasi dimana klien masih mengatakan badannya terasa
lemas sekali.
Lanjutkan rencana tindakan.
|
|
5
|
11-09-2006
12.30 Wib
|
Defisit perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan fisik
|
S:
O:
A:
P:
|
“Sus, saya selama dirawat hanya dilap air hangat oleh istri saya”.
-
Penampilan klien kurang rapi
-
Selama dirawat klien tidak pernah keramas
-
Rambut tampak kotor oleh debu karena
tidak pernah keramas
-
Klien dilap dengan air hangat 1 x sehari
Defisit perawatan diri
-
Beri perawatan diri
-
Beri penjelasan kepada klien dan keluarga
pentingnya menjaga kebersihan
-
Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari (mandi, BAK, BAB)
-
Libatkan klien dalam melakukan perawatan diri
|
|
I:
E:
R:
|
-
Beri latihan sesuai dengan keadaan fisik
klien
-
Memberi penjelasan pada klien tentang
pentingnya menjaga kebersihan tubuh agar terhindar dari penyakit infeksi
lainnya
-
Melibatkan keluarga untuk membantu klien
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti Bak,BAB, mandi.
Tujuan belum tercapai karena keadaan klien masih tampak kurang rapi dan
rambut masih tampak kotor.
Lanjutkan rencana tindakan.
|
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Tn. S
Umur : 65 Tahun
(Hari Kedua )
No
|
Tanggal/Jam
|
Dignosa Keperawatan
|
Catatan Keperawatan (SOAPIER)
|
Paraf
|
|
1
|
12-09-2006
09.00 Wib
|
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
|
S:
O:
A:
P:
I:
E:
R:
|
“Sus, saya sudah mau
makan walaupun sedikit-sedikit”.
-
BB 59 kg
-
Porsi yang disediakan ½ yang dihabiskan.
Nutrisi klien terpenuhi walaupun ½ porsi yang dihabiskan.
-
Beri penjelasan tentang pentingnya
nutrisi bagi tubuh
-
Kaji pola masukan diet dan nutrisi
-
Timbang BB klien
-
Anjurkan makan dalam kedaan hangat untuk
meningkatkan selera makan.
-
Memotivasi klien untuk makan
-
Menimbang berat badan klien BB 59 kg.
-
Menganjurkan klien makan dalam keadaan
hangat
-
Mengkaji tingkat masukan diit klien
(porsi yang disediakan ½ yang dihabiskan)
-
Memberi obat sesuai indikasi
· Ranitidin 1 amp
· Insulin 15 unit
Setelah dilakukan tindakan klien sudah mau makan walaupun sedikit.
Lanjutkan rencana
tindakan.
|
|
2
|
12-09-2006
11.00 Wib
|
Perubahan istirahat
dan tidur berhubungan dengan frekuensi BAK yang meningkat
|
S:
O:
A:
P:
I :
|
“Sus saya susah tidur karena saya sering BAK”.
-
BAK + 7-9 x sehari (1800 cc/hari)
-
Konjungtiva anemis
-
Terdapat lingkar hitam disekitar mata
-
Tidur + 5 jam sehari.
Perubahan istirahat dan tidur.
-
Kaji penyebab gangguan tidur klien
-
Anjurkan klien tidak terlalu banyak minum
-
Ciptakan suasana tenang
-
Batasi pengunjung
-
Atur dan pertahankan posisi yang
dirasakan nyaman bagi klien.
Mengobservasi tanda-tanda vital (T/D : 140/100 mmHg, N : 80 x/menit, RR :
22 x/menit, S : 36,2o C)
|
E:
R:
|
-
Mengkaji tingkat kebutuhan istirahat dan
tidur klien (istirahat dan tidur klien selama di RS lebih kurang 5 jam/hari)
-
Menganjurkan klien agar tidak minum
terlalu banyak
-
Mengatur posisi yang dianggap nyaman bagi
klien yaitu posisi semi fowler.
-
Tujuan belum tercapai karena masih
mengeluh susah tidur.
-
Lanjutkan rencana tindakan.
-
Atur dan pertahankan posisi tidur yang
dirasakan nyaman bagi klien.
-
Mengkaji penyebab gangguan tidur klien
-
Menciptakan suasana tenang dan nyaman
-
Menganjurkan kepada klien agar tidak
minum terlalu banyak
-
Memberi penjelasan tentang pentingnya
istirahat bagi kesehatan
-
Mengatur posisi yang dianggap nyaman bagi
klien yaitu posisi semi fowler.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien masih belum mau tidur dengan
nyenyak, tidur + 4 ½ jam/hari, masalah belum teratasi.
Lanjutkan rencana
tindakan.
|
||||
3
|
12-09-2006
09.30 Wib
|
Kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan adanya gangren diabetikum didaerah kaki sebelah
kanan
|
S:
O:
A:
P:
I:
E:
R:
|
“Sus, luka pada kaki saya sudah mulai pengering”.
-
Luka mulai mengering
-
Terdapat kerusakan kulit didaerah ulkus.
Kerusakan integritas kulit.
-
Lakuklan perawatan luka
-
Jaga kulit biar tetap bersih dan kering
-
Gunakan instruksi yang steril
-
Instrumen yang steril
-
Melakukan perawatan (membersihkan luka
dan mengganti verban dengan menggunakan air cuka)
-
Memberi obat antibiotik (cepotaxim 1gr).
Setelah dilakukan tindakan luka mulai mengering, masalah sebagian
teratasi.
Lanjutkan rencana tindakan.
|
|
4
|
12-09-2006
11.00 Wib
|
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik
|
S:
O:
A:
P:
|
“Sus, badan saya terasa lemas sekali dan tidak bisa beraktivitas seperti
biasanya.
-
Tonus dan kekuatan otot melemah
-
Sebagian aktivitas dibantu oleh keluarga.
Intoleransi aktivitas.
-
Anjurkan klien melakukan aktivitas secara bertahap
|
I:
E:
R:
|
-
Dekatkan peralatan yang dibutuhkan oleh
klien
-
Libatkan keluarga dalam membantu
aktivitas klien
-
Ajarkan klien rom aktif atau fasif.
-
Menganjurkan klien untuk melakukan
aktivitas sesuai dengan kemampuan aktivitas seperti makan sendiri, tanpa
disuapi, mengambil minum sendiri
-
Mengajarkan klien rom aktif.
Tujuan tercapai sebagian karena sebagian aktivitas klien dibantu oleh
keluarga dan perawat.
Lanjutkan rencana tindakan keperawatan.
|
||||
5
|
12-09-2006
08.00 Wib
|
Defisit perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan fisik
|
S:
O:
A:
P:
I:
E:
R:
|
“Sus, selama dirawat saya tak pernah mandi tetapi hanya dilap dengan air
hangat saja”.
-
Penampilan klien kurang rapi
-
Klien tidak pernah mandi tetapi hanya
dilap saja dengan air hangat.
Defisit perawatan diri.
-
Beri penjelasan kepada klien dan keluarga
pentingnya menjaga kebersihan
-
Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari (mandi, BAK, BAB)
-
Libatkan keluarga dalam melakukan
perawatan klien.
-
Membantu keluarga memandikan klien dengan
cara mengelap tubuh klien dengan air hangat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan tujuan tercapai sebagian karena
penampilan klien sudah tampak bersih dan rambut klien tampak bersih.
Lanjutkan rencana
tindakan keperawatan.
|
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Tn. S
Umur : 65 Tahun
(Hari Ketiga)
No
|
Tanggal/Jam
|
Dignosa Keperawatan
|
Catatan Keperawatan (SOAPIER)
|
Paraf
|
|
1
|
13-09-2006
08.00 Wib
|
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
|
S:
O:
A:
P:
I:
E:
R:
|
Sus, saya sudah mau
makan”.
-
Porsi yang disediakan habis
-
BB 59,2 kg
-
Klien sudah ada nafsu makan.
Perubahan nutrisi terpenuhi.
-
Anjurkan klien untuk mentaati peraturan
diit
-
Timbang BB klien
-
Motivasi klien untuk makan
-
Anjurkan makan dalam keadaan hangat.
-
Menimbang BB klien, BB 59,2 kg
-
Menganjurkan klien mentaati diit
-
Mengkaji tingkat masukan diit klien
(porsi yang disediakan dihabiskan)
-
Memberi obat sesuai indikasi (ranitidin 1
amp dan Insuli 15 unit ).
Setelah dilakukan tindakan klien sudah mau makan porsi yang disediakan
akan habis, masalah teratasi.
Rencana tindakan keperawatan berhasil.
|
|
2
|
13-09-2006
11.00 Wib
|
Perubahan istirahat
dan tidur berhubungan dengan frekuensi BAK yang meningkat
|
S:
O:
A:
P:
I :
E:
R:
|
“Sus, saya sudah bisa tidur karena BAK saya sudah mulai berkurang”.
-
Tidur + 7 jam/hari
-
Konjungtiva merah muda
-
Klien sudah bisa tidur dengan nyenyak
-
Keadaan umum baik.
Istirahat dan tidur terpenuhi.
-
Ciptakan suasana yang tenang
-
Batasi pengunjung
-
Jelaskan pada klien tentang pentingnya
istirahat bagi kesehatan
-
Atur dan pertahankan posisi yang
dirasakan nyaman bagi klien
-
Mengobservasi tanda-tanda vital (T/D :
140/100 mmHg, N : 78 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36o C)
-
Mengatur dan mempertahankan posisi yang
dirasakan nyaman bagi klien
-
Menciptakan suasana yang tenang
-
Mengkaji tingkat kebutuhan istirahat dan
tidur klien (istirahat dan tidur klien selama di RS lebih kurang 5 jam/hari)
Masalah teratasi tidur klien + 7 jam/hari.
Rencana tindakan berhasil.
|
|
3
|
13-09-2006
09.30 Wib
|
Kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan adanya gangren diabetikum didaerah kaki sebelah
kanan
|
S:
O:
A:
P:
I:
E:
R:
|
“Sus, luka pada kaki saya sudah agak mengering”.
-
Luka mulai membaik dan mengering.
Kerusakan integritas kulit.
-
Lakukan perawatan luka
-
Jaga kulit biar tetap bersih dan kering
-
Beri obat sesuai indikasi.
-
Melakukan perawatan luka yaitu
membersihkan luka dan mengganti perban luka klien dengan air cuka
-
Memberi obat sesuai indikasi (cefotaxim 1
gr).
Setelah dilakukan tindakan, luka sudah mulai mengering, masalah sebagian
teratasi.
Tujuan belum tercapai
lanjutkan rencana tindakan.
|
|
4
|
13-09-2006
08.30 Wib
|
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik
|
S:
O:
A:
P:
I:
E:
R:
|
“Sus, badan saya sudah enakkan tapi saya belum kuat bila melakukan
aktivitas”.
-
Sebagian aktivitas dibantu oleh keluarga
dan perawatan.
Intoleransi aktivitas sebagian terpenuhi.
-
Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas
secara bertahap
-
Dekatkan segala peralatan yang dibutuhkan
oleh klien
-
Anjurkan keluarga untuk membantu
aktivitas klien.
-
Menganjurkan klien melakukan aktivitas
secara bertahap
-
Mendekatkan peralatan yang dibutuhkan
klien
-
Membantu klien menggerakkan kaki dan
tangan nya secara bertahap.
Setelah dilakukan tindakan klien klien belum dapat melakukan aktivitas
oleh keluarga dan perawat, masalah sebagian teratasi.
Lanjutkan tindakan keperawatan.
|
|
5
|
13-09-2006
09.15 Wib
|
Defisit perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan fisik
|
S:
O:
A:
P:
|
“Sus, tadi pagi saya sudah mandi dan dibantu oleh istri saya”.
-
Penampilan klien tampak rapi
-
Rambut bersih tidak ada ketombe.
Perawatan diri klien terpenuhi.
-
Jelaskan pentingnya menjaga kebersihan
bagi diri klien
-
Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari
-
Libatkan keluarga dalam melakukan perawatan
klien
|
I:
E:
R:
|
-
Menjelaskan pada klien tentang pentingnya
menjaga kebersihan diri klien untuk menghindari terjadinya infeksi penyakit
lainnya.
-
Melibatkan keluarga untuk membantu klien
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti BAK, BAK, mandi.
Tujuan tercapai karena penampilan klien tampak rapi.
Pertahankan tindakan keperawatan.
|
B. Pembahasan
Pada pembahasan ini penulis akan
membandingkan antara tinjauan teoritis dengan masalah-masalah dihadapi dalam
penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus diruang
interne.
1.
Pengkajian
Pada pengkajian secara teoritis pada pasien
dengan Diabetes Melitus biasanya ditemukan data sebagai beirkut : adanya poli
uri, poli dipsia, poli fagia, mual, muntah, kelainan kulit seperti gatal dan
bisulm kesemutan, katarak.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada
kasus nyata Tn. S dikemukakan data bahwa adanya gangren pada kaki kanan diarea
metatarsal, klien kurang nafsu makan, porsi yang disediakan hanya 2-3 sendok
yang dihabiskan, tidur hanya 4 ½ jam, keadaan umum lemah, klien sering kencing,
dengan frekuensi BAK 7-10 x/menit dengan jumlah + 2000 cc/24 jam.
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Secara teoritis diagnosa keperawatan yang
muncul pada kasus Diabetes Melitus ini menurut Marilynn E. Doenges adalah :
- Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubunan dengan ketidakcukupan insulin.
- Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi.
- Resiko tinggi terhadap perubahan sensori perseptual berhubungan dengan perubahan kimia endogen : ketidakseimbangan glukosa / insulin / elektrolit.
- Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
- Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang / progresif yang tidak dapat diobati.
- Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan / mengingat, kesalahan interfensi informasi.
b.
Berdasarkan kasus pada Tn. S diagnosa yang
muncul adalah :
-
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
-
Perubahan istirahat dan tidur berhubungan
dengan frekuensi BAK yang meningkat.
-
Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan adanya gangren diabetikum didaerah kaki sebelah kanan.
-
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik.
-
Defisit perawatan diri berhubungan dengan
kelemahan fisik.
Adapun diagnsoa keperawatan yang ada pada Tn. S tidak ada
dalam teoritis adalah :
-
Perubahan istirahat dan tidur berhubungan
dengan frekuensi BAK yang meningkat.
-
Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan adanya gangren diabetikum didaerah kaki sebelah kanan.
-
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik.
-
Defisit perawatan diri berhubungan dengan
kelemahan fisik.
Diagnosa ini muncul karena klien mengalami ulkus,
sedangkan diagnsoa keperawatan yang ada pada teoritis dan tidak ada pada Tn. S
adalah :
-
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan kadar glukosa tinggi, diagnosa ini tidak ditegakkan oleh penulis, karena
saat dilakukan pengkajian klien sudah terjadi infeksi pada ulkus.
-
Resiko tinggi terhadap perubahan sensori
perseptual berhubungan dengan perubahan kimia endogen : ketidakseimbangan
glukosa / insulin / selektrolit. Diagnosa ini tak ditegakkan dan penulis karena
saat dilakukan pengkajian tak ditemukan adanya tanda-tanda kelainan sensori
perseptual.
-
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
diuresis osmotik. Diagnosa ini tidak ditegakkan oleh penulis karena saat
dilakukan pengkajian tidak ditemukan tanda-tanda kekurangan volume cairan.
-
Kelelahan berhubungan dengan pepenurunan
produksi energi metabolik. Diagnosa ini tidak ditegakkan oleh penulis, karena
saat dilakukan pengkajian klien tampak tidak begitu lelah, namun klien toleran
terhadap aktivitas.
-
Ketidak berdayaan berhubungan dengan
penyakit jangka panjang / progresif yang tidak dapat diobati. Diagnosa ini
tidak ditegakkan karena klien masih mempunyai motivasi untuk sembuh dan
nantinya klien bisa kembali seperti biasa.
-
Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya, prognosis
dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang kurang pemajanan/mengingat,
kesalahan interprestasi informasi. Diagnosa ini tidak ditegakkan oleh penulis,
karena saat dilakukan pengkajian klien tahu penyakit yang sedang dialaminya
pada saat ini.
3.
Perencanaan
Perencanaan dibuat berdasarkan prioritas,
tujuan dan kriteria hasil, prioritas masalah disusun berdasarkan kebutuhan
dasar manusia serta berdasarkan kebutuhan pasien saat ini.
Adapun yang menjadi rencana tindakan pada
Tn. S diprioritaskan sebagai berikut :
a.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Masalah ini penulis tegakkan pada prioritas pertama
karena hal ini merupakan kebutuhan biologis yang his ditanggulangi karena akan
memperburuk keadaan klien dimana nutrisi sangat penting dalam membantu
penyembuhan.
Adapun intervensi
yang ditegakkan adalah :
-
Beri penjelasan tentang pentingnya nutrisi
bagi tubuh
-
Kaji pola masukan diet dan nutrisi
-
Pertahankan kebersihan mulut / lakukan oral
higiene
-
Timbang BB klien
-
Identifikasikan makanan yang disukai /
dihekendaki
-
Libatkan keluarga pasien pada perencanaan
makan ini sesuai indikasi
-
Beri obat sesuai indikasi.
b. Perubahan
istirahat dan tidur berhubungan dengan frekuensi BAK yang meningkat.
Masalah ini penulis tegakkan pada prioritas kedua karena
kebutuhan tidur merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kesehatan.
Adapun intervensi yang ditegakkan adalah :
-
Kaji penyebab gangguan tidur
-
Anjurkan pada klien tentang pentingnya
istirahat bagi kesehatan
-
Anjurkan kepada klien agar tidak minum
terlalu banyak
-
Ciptakan suasana yang tenang dan nyaman
-
Atur dan pertahankan posisi tidur yang
dirasakan nyaman bagi klien.
c.
Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan adanya gangren diabetikum didaerah kaki sebelah kanan.
Masalah ini penulis tegakkan pada prioritas ketiga karena
kulit klien mengalami ulkus sehingga kenyamanan terganggu ulkus tersbut.
Adapun intervensi yang ditegakkan adalah :
-
Amati keadaan umum klien
-
Jaga sekitar ulkus agar tetap bersih dan
bebas dari tekanan serta iritasi
-
Bersihkan daerah ulkus denganantiseptik dan
ganti perban tiap hari
-
Gunakan instrumen yang steril
-
Monitor adanya perluasan luka.
d.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik.
Masalah ini penulis tegakkan pada prioritas keempat
karena aktivitas juga penting bagi klien dalam kehidupan sehari-hari klien.
Adapun intervensi yang ditegakkan adalah :
-
Kaji tingkat kemampuan maksimal aktivitas
klien
-
Bantu klien dalam beraktivitas
-
Dekatkan segala kebutuhan sehari-hari klien
-
Anjurkan pada klien untuk melakukan
aktivitas sesuai dengan kemampuan
-
Anjurkan kepada keluarga untuk membantu dan
melatih klien melakukan aktivitas secara bertahap
-
Beri motivasi klien untuk melakukan
aktivitas secara bertahap.
e.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan
kelemahan fisik.
Masalah ini penulis tegakkan pada prioritas kelima karena
perawatan diri sangat penting untuk menghindari terjadinya infeksi penyakit
yang lainnya dan memberikan kenyamanan bagi klien tersebut.
Adapun intervensi yang ditegakkan adalah :
-
Beri penjelasan kepada klien dan keluarga
pentingnya menjaga kebersihan
-
Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari (mandi, Bak, BAB)
-
Libatkan keluarga dalam melakukan perawatan
klien
-
Beri latihan sesuai dengan keadaan fisik
klien.
4.
Penatalaksanaan
Dalam melakukan pelaksanaan seperti yang
telah direncanakan tidnakan dapat dilakukan dengan baik, dan pelaksanaan
tindakan yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah disusun.
Pelaksanaan tindakan dilakukan mulai tanggal 11 September 2006.
Penulis berusaha melaksanakan tindakan
perawatan pada klien sebaik-baiknya dan sesuai dengan kemampuan dan fasilitas
atau sarana yang ada namun penulis tidak dapat melakukan tindakan secara
menyeluruh berhubungan waktu yang tersedia, sehingga penulis hanya mampu melaksanakan
tidakan keperawatan selama 3 hari.
5.
Evaluasi
Evaluasi secara keseluruhan dari kelima
diagnosa yang didapatkan pada klien Tn. S Diabetes Melitus komplikasi gangren
adalah sebagai berikut :
a.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama tiga hari masalah dapat teratasi, nafsu makan bertambah,
porsi yang disediakan dihabiskan.
b.
Perubahan istirahat dan tidur berhubungan
dengan frekuensi BAK yang meningkat. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama tiga hari masalah dapat teratasi, klien bisa tidur, tidur klien +
7 jam/hari.
c.
Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan adanya gangren diabetikum didaerah kaki sebelah kanan. Setelah dilakukan
tindakan perawatan selama tiga hari masalah dapat teratasi, luka disebelah kaki
kanan klien mulai mengering.
d.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari
masalah dapat teratasi, klien bisa beraktivitas tapi perlu dibantu perawat dan
keluarga.
e.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan
kelemahan fisik. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari
masalah dapat teratasi, karena penampilan klien rapi dan bersih.
BAB IV

|
Berdasarkan masalah mengenai asuhan keperawatan pada
klien dengan Diabetes Melitus Komplikasi Ulkus dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
A. Kesimpulan
1.
Pengkajian pada klien dengan Diabetes
Melitus Komplikasi Ulkus adalah melalui pendekatan sistematik untuk pengumpulan
data, dimana sumber datanya dapat diperoleh dari klien sendiri, keluarga dan
tenaga kesehatan yang bertugas diruang interne serta catatan-catatan yang telah
didokumentasikan, sedangkan pengumpulan data difokuskan pada identitas klien
dan keluargam riwayat kesehatan masa lalu dan sekarang, kebiasaan sehari-hari.
2.
Diagnosa keperawatan dapat dirumuskan
berdasarkan data senjang yang didapat selama melakukan pengkajian pada klien
Diabetes Melitus yaitu, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat, perubahan istirahat dan tidur berhubungan
dengan frekuensi BAK yang meningkat, kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan adanya ulkus diabetikum didaerah kaki sebelah kanan, intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, defisit perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan fisik.
3.
|
4.
Setelah dilakukan evaluasi pada hari ketiga
penatalaksanaan asuhan keperawatan dari tiga masalah dapat diatasi dan tiga
masalah lagi sebagian teratasi, antara
lain : Kerusakan integritas kulit dan intoleransi aktivitas
B. Saran
1.
Bagi mahasiswa
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien dengan diabetes melitus komplikasi gangren, rekan-rekan seprofesi
hendaknya lebih mendalami ilmu penyakit diabetes melitus dan penatalaksanaan
keperawatan sehingga menjadi modal nantinya untuk berkecimpungan di masyarakat.
2.
Bagi perawat
a.
Dalam melakukan pengkajian pada klien Tn. S
sebaiknya data difokuskan pada masalah yang berhubungan dengan klien.
b.
Diagnsoa yang ditegakkan pada klien Tn. S
hendaknya berdasarkan data-data yang dikemukakan saat pengkajian dan tidak
berfokus pada konsep teori saja, tetapi dalam perumusan diagnosa keperawatan
harus berfokus pada diagnosa teoritis.
c.
Sebaiknya dalam merencanakan tindakan
keperawatan dilakukan sesuai dengan prosedur perawatan dan kode etik.
3.
Bagi institusi pendidikan
Dalam memberikan materi pendidikan dan
praktek keperawatan diharapkan lebih ditingkatkan lagi sehingga tercapai
pendidikan keperawatan yang lebih baik dan sempurna dan dapat diterapkan oleh
mahasiswa dalam praktek lapangan.

|
Alma Sumite Dr. Penuntun Diet, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004.
Carpenito Juall Lynda, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,
Edisi 2, Kedokteran.
Doenges E. Marilynn. Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan, Edisi ke 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta 1999.
Engram Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, Volume 3, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 1998.
La Ode Jumadi Gaffae. Pengantar Keperawatan Profesional,
1997.
Mansjoer Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi , Fakultas Kedokteran, Jakarta,
1999.
MS. Witherll Douglas. Yang Perlu Anda Ketahui Diabetes, PT.
Elek Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta, 2001.
Pranadji K. Diah Ir. Perencanaan Menu Untuk Penderita Diabetes
Melitus, PT. Penerbit Swadaya, Jakarta, 2002.
Rana Kusuma A. Budi Santoso. Buku
Ajar Metabolik Endokrinologi. Jakarta 1992.
Tucker Susan Martin. Standar Perawatan Pasien, Edisi V,
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1998.
Utami Prapti, Tanaman Obat Untuk Mengatasi Diabetes Melitus, Agro Media Pustaka,
Jakarta, 2003.
Langganan:
Postingan (Atom)